Dalam
futsal ada beberapa elemen dasar yang harus dipahami ketika bermain futsal,
secara umum, tidak berbeda jauh dengan bermain sepak bola konvensional. Namun
ada beberapa yang perlu dilakukakan dengan keahlian khusus. Berikut
teknik-teknik dasar dalam futsal yang mutlak harus di kuasai oleh setiap pemain
futsal:
1.Kontrol
Bola
Teknik mengontrol
bola dalam permainan futsal dapat dilakukan dengan menggunakan kaki dalam, kaki
luar dan telapak kaki sebelah depan memanfaatkan sol sepatu. Teknik mengontrol
bola dengan sol dalam futsal sangat penting sehingga harus dikuasai oleh setiap
pemain.
2.Passing/Pengumpan
Operan bisa dilakukan dengan
menggunakan beragam sisi kaki. mau memakai kaki dalam, kaki luar, ujung kaki,
tumit, atau sisi bawah tidak ada yang salah. Namun yang paling baik adalah
menggunakan kaki dalam dengan arah mendatar. Pasalnya, operan ini memiliki
akurasi paling baikdi banding yang lainnya. Termasuk umpan panjang yang
menyusur lapangan. dan juga yang paling penting ketepatan mengoper bola pad
kawan.
Bermain Futsal tidak jauh berbeda
dengan bermain Sepakbola pada umumnya, butuh kekuatan stamina, mental dan
strategi. Ada sedikit perbedaan mendasar dalam hal pola permainan dan
pengaturan serangan.
Pola permainan dalam Futsal banyak
didominasi permainan kaki ke kaki, maksudnya pengaturan dalam bertahan, maupun
menyerang lebih banyak dilakukan dengan umpan-umpan pendek, mengingat ukuran
lapangan yang lebih kecil dibanding lapangan sepakbola. Dengan pola seperti ini
skill dan kekompakan tim terutama dalam mengolah bola, mengumpan, menjaga
pertahanan dan menyerang ke daerah lawan sangat diperlukan.
Didalam Futsal jarang sekali diterapkan
umpan-umpan panjang, strategi ini hanya buang-buang energi, disamping itu juga
tidak mencerminkan permainan yang baik dan enak dilihat . Namun demikian,
bukannya hal tersebut dilarang atau tidak disarankan, tinggal kembali kepada
individu sendiri, mau bagaimana memainkan permainan Futsal tersebut. Jarangnya
teknik-teknik tersebut diterapkan, hal ini lebih kepada bisa terciptanya pola
permainan yang cantik, enak dilihat serta proses gol yang indah. Begitu juga
dengan heading bola, gol-gol yang tercipta dengan kepala bisa lebih
terlihat bagus dan enak untuk dilihat, terlebih jika proses penyerangan
tersebut dilakukan dengan pola penyerangan terstruktur.
Nah sekarang tinggal bagaimana kita
membuat suatu pola dan strategi bermain yang bagus, untuk hal itu tentunya ada
beberapa hal yang menjadi fokus utama dalam menciptakan pola permainan yang
bagus.
1. Penguasaan
terhadap bola.
Untuk melatih penguasaan bola tahap
pertama adalah dengan memfokuskan pada kekuatan dan kelincahan dalam pergerakan
kaki, sebagaimana saya jelaskan dalam artikel Tips warming up sebelum bermain
futsal, pemanasan sangat diperlukan, lakukan sesering mungkin dribling
untuk menselaraskan pergerakan kaki dan arah bola, bisa dilakukan dengan
variasi zig-zag.
3.Untuk
membentuk tim yang bagus, cermati skill tiap-tiap pemain dalam hal penguasaan
bola, pengaturan serangan dan menyerang.Tempatkan pemain yang memiliki model
pergerakan kaki yang rapat sebagai pemain bertahan, rapat di sini maksudnya
model pergerakan kakinya yang tidak terlalu panjang, hal ini bisa lebih berguna
untuk menghambat laju pergerakan bola lawan, dan sebaliknya tipe pemain dengan
pergerakan panjang lebih bisa dimanfaatkan sebagai penyerang. Untuk pemain
tengah dibutuhkan sosok yang memiliki kemampuan mengatur serangan dan yang
lebih diutamakan adalah kemampuan stamin yang paling prima, mengingat posisinya
memungkinkan melakukan penyerangan dan bertahan
4.Jumlah
pemain Futsal bisa dilakukan 5 atau 6 orang termasuk penjaga gawang. Penempatan
pemain yang pas menurut karakter dan gaya permainan masing-masing posisi akan
lebih menyeimbangkan pola dalam bertahan maupun menyerang, adapun posisi yang
bisa diterapkan sebagai berikut. Jumlah pemain 5 orang :
Pengertian
tanggung jawab memang seringkali terasa sulit untuk menerangkannya dengan
tepat. Adakalanya tanggung jawab dikaitkan dengan keharusan untuk berbuat
sesuatu, atau kadang-kadang dihubungkan dengan kesedihan untuk menerima
konsekuensi dari suatu perbuatan. Banyaknya bentuk tanggung jawab ini
menyebabkan terasa sulit merumuskannya dalam bentuk kata-kata yang sederhana
dan mudah dimengerti. Tetapi kalau kita amati lebih jauh, pengertian tanggung
jawab selalu berkisar pada kesadaran untuk melakukan, kesediaan untuk
melakukan, dan kemampuan untuk melakukan.
Dalam
kebudayaan kita, umumnya "tanggung jawab" diartikan sebagai keharusan
untuk "menanggung" dan "menjawab" dalam pengertian lain
yaitu suatu keharusan untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh perilaku
seseorang dalam rangka menjawab suatu persoalan.
Pada
umumnya banyak keluarga berharap dapat mengajarkan tanggung jawab dengan
memberikan tugas-tugas kecil kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Dan
sebagai orangtua tentunya kita pun berkeinginan untuk menanamkan rasa tanggung
jawab pada anak.
Tuntutan
yang teguh bahwa anak harus setia melakukan tugas-tugas kecil itu, memang
menimbulkan ketaatan. Namun demikian bersamaan dengan itu bisa juga timbul
suatu pengaruh yang tidak kita inginkan bagi pembentukan watak anak, karena
pada dasarnya rasa tanggung jawab bukanlah hal yang dapat diletakkan pada
seseorang dari luar, rasa tanggung jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan
pengarahan dan pemupukan dari sistem nilai yang kita dapati dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat. Rasa tanggung jawab yang tidak bertumpuk pada
nilai-nilai positif, adakalanya dapat berubah menjadi sesuatu yang asosial.
Ada
beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mendidik anak sejak usia dini agar
menjadi anak yang bertanggung jawab, sebagaimana Charles Schaeffer, Ph.D.
mengutip apa yang pernah dikemukakan oleh Dr. Carlotta De Lerma, tentang
prinsip-prinsip penting yang harus dilakukan untuk membantu anak bertanggung
jawab.
1.
Memberi teladan yang baik.
Dalam
mengajarkan tanggung jawab kepada anak, akan lebih berhasil dengan memberikan
suatu teladan yang baik. Cara ini mengajarkan kepada anak bukan saja apa yang
harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana
orangtua melakukan tugas semacam itu.
2.
Tetap dalam pendirian dan teguh dalam prinsip.
Dalam
hal melakukan pekerjaan, orangtua harus melihat apakah anak melakukannya dengan
segenap hati dan tekun. Sangat penting bagi orangtua untuk memberikan suatu
perhatian pada tugas yang tengah dilakukan oleh si anak. Janganlah sekali-kali
kita menunjukkan secara langsung tentang kesalahan-kesalahan anak, tetapi
nyatakanlah bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut. Dengan demikian
orantua tetap dalam pendirian, dan teguh dalam prinsip untuk menanamkan rasa
tanggung jawab kepada anaknya.
3.
Memberi anjuran atau perintah hendaknya jelas dan terperinci.
Orangtua
dalam memberi perintah ataupun anjuran, hendaklah diucapkan atau disampaikan
dengan cukup jelas dan terperinci agar anak mengerti dalam melakukan tugas yang
dibebankan kepadanya.
4.
Memberi ganjaran atas kesalahan.
Orangtua
hendaknya tetap memberi perhatian kepada setiap pekerjaan anak yang telah
dilakukannya sesuai dengan kemampuannya. Tidak patut mencela pekerjaan anak
yang tidak diselesaikannya. Kalau ternyata anak belum dapat menyelesaikan
pekerjaannya saat itu, anjurkanlah untuk dapat melakukan atau melanjutkannya
besok hari. Dengan memberikan suatu pujian atau penghargaan, akan membuat anak
tetap berkeinginan menyelesaikan pekerjaan itu. Seringkali orangtua senang
menjatuhkan suatu hukuman kepada anak yang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya.
Andaikan memungkinkan lebih baik memberikan ganjaran atas kesalahan dan tidak
semata-mata mempermasalahkannya.
5.
Jangan terlalu banyak menuntut.
Orangtua
selayaknya tidak patut terlalu banyak menuntut dari anak, sehingga dengan
sewenang-wenang memberi tanggung jawab yang tidak sesuai dengan kemampuannya.
Berikanlah tanggung jawab itu setahap demi setahap, agar si anak dapat
menyanggupi dan menyenangi pekerjaan itu.
Suatu
kebiasaan yang keliru pada orangtua dalam hal mendidik anak, adalah bahwa mereka
seringkali sangat memperhatikan dan mengikuti emosinya sendiri. Tetapi
sebaliknya emosi anak-anak justru kurang diperhatikan. Orangtua boleh saja
marah kepada anak, akan tetapi jagalah supaya kemarahan yang dinyatakan dalam
tindakan seperti omelan dan hukuman itu benar-benar tepat untuk perkembangan
jiwa anak. Dengan perkataan lain, marahlah pada saat si anak memang perlu
dimarahi.
Anak-anak
yang sudah mampu berespon secara tepat, adalah anak yang sudah mampu berfikir
dalam mendahulukan kepentingan pribadi. Dan anak seperti ini sudah tinggal
selangkah lagi kepada pemilikan rasa tanggung jawab.
Pada
hakekatnya tanggung jawab itu tergantung kepada kemampuan, janganlah lantas
kita mengatakan bahwa anak yang berusia tujuh tahun itu tidak mempunyai
tanggung jawab, karena tidak menjaga adiknya secara baik, sehingga si adik
terjatuh dari atas tembok. Sesungguhnya anak yang baru berusia tujuh tahun
tidak akan mampu melakukan hal seperti itu. Jelaslah bahwa beban tanggung jawab
yang diserahkan pada seorang anak haruslah disesuaikan dengan tingkat
kematangan anak. Untuk itu dengan sendirinya orangtua merasa perlu untuk lebih
jauh mengenal tentang kemampuan anaknya.
Dalam
memberikan anak suatu informasi tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan adalah sangat penting. Tanpa pengetahuan ini anak tidak bisa
disalahkan bila ia tidak mau melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Namun
untuk sekedar memberitahu secara lisan, seringkali tidak cukup. Orangtua juga
harus bisa menjelaskan dengan contoh bagaimana caranya melakukan hal tersebut,
disamping harus dijelaskan alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan, atau
tidak boleh dilakukan.
Biasanya
kita cenderung untuk melihat rasa tanggung jawab dari segi- segi yang konkrit,
seperti: apakah tingkah lakunya sopan atau tidak; kamar anak bersih atau tidak;
apakah si anak sering terlambat datang ke sekolah atau tidak; dan sebagainya.
Seorang
anak bisa saja berlaku sopan, datang ke sekolah tepat pada waktunya, tetapi
masih juga membuat keputusan-keputusan yang tidak bertanggungjawab. Contoh
seperti ini seringkali kita jumpai terutama pada anak-anak yang selalu
mendapatkan instruksi atau petunjuk dari orangtua mengenai apa yang mesti
mereka kerjakan, sehingga mereka kurang mendapat kesempatan untuk mengadakan
penilaian sendiri, mengambil keputusan sendiri serta mengembangkan norma-norma
yang ada dalam dirinya.
Rasa
tanggung jawab sejati haruslah bersumber pada nilai-nilai asasi kemanusiaan.
Nilai-nilai tidak dapat diajarkan secara langsung. Nilai-nilai dihirup oleh
anak dan menjadi bagian dari dirinya hanya melalui proses identifikasi, dengan
pengertian lain, anak menyamakan dirinya dengan orang yang ia cintai dan ia
hormati serta berusaha meniru mereka. Contoh hidup yang diberikan orangtua,
akan menciptakan suasana yang diperlukan untuk belajar bertanggung jawab.
Pengalaman-pengalaman konkrit tertentu memperkokoh pelajaran itu, sehingga
menjadi bagian dari watak dan kepribadian anak.
Jadi
jelaslah, bahwa masalah rasa tanggung jawab pada anak, akhirnya kembali pada
orangtuanya sendiri, atau dengan kata lain terpulang pada nilai-nilai dalam
diri orangtua, yaitu seperti tercermin dalam mengasuh dan mendidik anak.
Arti
tanggung jawab di atas semestinya sangat mudah untuk dimengerti oleh setiap
orang. Tetapi jika kita diminta untuk melakukannya sesuai dengan definisi
tanggung jawab tadi, maka seringkali masih merasa sulit, merasa keberatan,
bahkan ada orang yang merasa tidak sanggup jika diberikan kepadanya suatu
tanggung jawab. Kebanyakan orang
mengelak bertanggung jawab, karena jauh lebih mudah untuk “menghindari”
tanggung jawab, daripada “menerima” tanggung jawab.
Banyak
orang mengelak bertanggung jawab, karena memang lebih mudah menggeser tanggung
jawabnya, daripada berdiri dengan berani dan menyatakan dengan tegas bahwa, “Ini
tanggung jawab saya!” Banyak orang yang sangat senang dengan melempar tanggung
jawabnya ke pundak orang lain.
Oleh
karena itulah muncul satu peribahasa, “lempar batu sembunyi tangan”. Sebuah
peribahasa yang mengartikan seseorang yang tidak berani bertanggung jawab atas
perbuatannya sendiri, sehingga dia membiarkan orang lain menanggung beban
tanggung jawabnya. Bisa juga diartikan sebagai seseorang yang lepas tanggung
jawab, dan suka mencari “kambing hitam” untuk menyelamatkan dirinya sendiri
dari perbuatannya yang merugikan orang lain.
Sebagian
orang, karena tidak bisa memahami arti dari sebuah tanggung jawab; seringkali
dalam kehidupannya sangat menyukai pembelaan diri dengan kata-kata, “Itu bukan salahku!” Sudah terlalu
banyak orang yang dengan sia-sia, menghabiskan waktunya untuk menghindari
tanggung jawab dengan jalan menyalahkan orang lain, daripada mau menerima
tanggung jawab, dan dengan gagah berani menghadapi tantangan apapun di
depannya.
Banyak
kejadian di negara kita ini, yang disebabkan oleh orang yang tidak bertanggung
jawab, malah sering dimenangkan atau diberikan bantuan berlebihan oleh
lingkungannya dengan sangat tidak masuk akal. Sungguh sangat menyedihkan. Di
masa kini, kita memiliki banyak orang yang mengelak bertanggung jawab; karena
mereka ini mendapatkan keuntungan dari sikapnya itu.
Dan
gilanya, “lepas tanggung jawab” itu sering didukung oleh lingkungan dekatnya,
teman-temannya, anak buahnya, atasannya, anak kandungnya, bahkan didukung oleh
istri atau suaminya. Anda bisa lihat, misalnya, korupsi, dan manipulasi.
Sebagian besar orang-orang di lingkungan dekatnya pasti mendukungnya, karena
mereka semua pasti ikut merasakan hasil-hasil dari korupsi atau manipulasi itu.
Apakah dunia kita ini sudah dekat dengan kiamat?
Pandangan Hidupmerupakan suatu
dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan
hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara.
Semua manusia pasti mempunyai suatu pandangan hidup sendiri – sendiri dan
kemungkinan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Tak sedikit pula
orang yang mempunyai pandangan hidup yang sangat bertentangan dengan pandangan
hidup orang yang lainnya, itulah yang sering memicu perdebatan diantara umat
manusia dalam kehidupan sehari hari.
Seperti yang ada di negara kita
sekarang ini, semakin maraknya kasus terorisme. Masalah ini terjadi akibat
kurang tepatnya pandangan suatu orang terhadap masalah kehidupan sehari – hari.
Mereka manafsirkan atau mengartikan suatu ajaran secara sepotong –
sepotong dan hanya berdasarkan pada satu atau dua sumber saja tidak melihat
keadaan sekitar yang diperkirakan secara logika sehingga mendapatkan penjelasan
yang kurang tepat.
Mereka berpandangan bahwa semua orang
yang menentang atau memusuhi keyakinannya adalah musuh buat mereka dan itu
harus dimusnahkan dari muka bumi ini untuk tersciptanya kehidupan yang aman dan
sejahtera. Padahal kalau kita perhatikan sebenarnya pandangan mereka terhadap
masalah tersebut adalah kurang tepat, bukan sewajarnya orang yang keliru itu
disadarkan untuk kembali ke jalan yang lurus bukan malah ditiadakan atau
dimusnahkan.
Tetapi pandangan seperti itu seperti
sudah mendarah daging pada diri mereka dan orang – orang pengikutnya. Bahkan
mereka menganggap kalau melakukan hal tersebut akan mendapat suatu pahala yang
besar dan kalaupun mereka maninggal dalam menjalankan aksi mereka tersebut
dianggap sebagai mati syahid. Padahal kalau diamati justru perbuatan yang
mereka lakukan itu sangat merugikan orang lain, seperti menghilangkan nyawa
orang lain pasti keluarga yang ditinggalkan itu akan menyimpan duka yang sangat
mendalam dan bahkan sulit untuk dihilangkan. Banyak anak kecil yang kehilangan
orang tuanya, para orang tua kehilangan lapangan pekerjaan, dan lain
sebagainya.
Mereka juga tidak segan segan untuk
menyebarkan ajarannya tersebut kepada orang – orang yang ada disekitarnya
sehingga pengikut semakin banyak. Dan hal tersebut tidak akan berhenti sebelum
apa yang mereka inginkan tercapai.
Seperti yang kita lihat sekarang ini,
meskipun pimpinan gembong teroris sudah banyak yang tertangkap tetapi terorisme
masih terus terjadi. Hal tersebut dikarenakan bahwa ajaran yang mereka ajarkan
masih belum mati dan terus berjalan sehingga siapa saja bisa menerukan ajaran
tersebut meskipun sang pemimpin telah tiada, karena mereka bisa membentuk kader
– kader pemimpin baru.
Untuk masalah tersebut hal yang harus
dibenahi sebeneranya adalah pandangan hidup pada pribadi masing masing orang
tersebut. Kalau yaang dibasmi adalah pemimpinnya itu belum bisa menuntaskan
permasalahan karena pengikutnya masih banyak dan hal itu sulit untuk ditelusuri
satu persatu. Kalau pandangan hidup mereka sudah kembali ke jalan yang benar,
tidak perlu lagi diperintah pun mereka akan menghentikan aksi aksi yang mereka
jalankan sekarang ini dengan kesadaran probabadi.
Pandangan hidup banyak sekali macam dan
ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan
asalnya yaitu terdiri atas tiga macam.
Pandangan
hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak
kebenarannya.
Pandangan
hidup yang berupa ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma
yang terdapat pada Negara tersebut.
Pandangan
hidup hasil renungan yakni pandangan hidup yang relative kebenarannya.
Saya
sebenarnya tidak tahu persis tentang apa itu pandangan hidup, tapi sepertinya
ini sangat mempengaruhi kualitas kehidupan kita sendiri. Karena pandangan hidup
itu juga, kita bisa menjadi rusak atau bisa juga menjadi seseorang yang
berkualitas untuk diri sendiri sekaligus orang lain.
Hal
inilah yang membuat banyak perdebatan tentang pandangan hidup setiap orang,
selain sebagai cara seseorang menjalani kehidupan juga bisa sebagai
pembuat masalah dalam kehidupan. Tidak ada yang bisa dipastikan dalam pandangan
hidup setiap orang, sebab apa yang menurut kita itu benar tapi belum tentu
juga benar di mata orang lain.
Tapi
jika kita tidak memiliki pandangan hidup itu juga membuat masalah di kehidupan masa depankita nantinya, karena kita seakan-akan hidup tanpa arah dan tujuan yang
jelas. Bisa diibaratkan kehidupan semacam ini kita seperti sedang
berada di suatu negara asing yang belum pernah kita kunjungi, karena
tahu-tahu sudah ada di sana kita jadi bingung mau ngapain atau mau ke mana?
Oleh
karenanya memiliki pandangan hidup sangat penting untuk mengkualitaskan
kehidupan yang kita jalani. Dengan pandangan tentang kehidupan maka kita
memiliki pedoman untuk bagaimana kita akan menjalani kehidupan ini. Kita akan
memiliki arah dan tujuan dalam menjalani kehidupan ini, atau jika diungkapkan
dengan kata-kata: “Saya ingin punya kehidupan seperti ini”. Dengan begitu akan
ada kualitas hidup yang kita jalani.
Tapi
sebenarnya masih ada satu kendala lagi dalam memiliki pandangan hidup, yaitu
seperti yang sudah saya katakan di atas. Bukan kah kita tahu kalau
pandangan hidup sangat mempengaruhi bagaimana kita hidup serta kualitas hidup kita? Maka dari
itu, kewaspadaan dalam memiliki pandangan hidup yang seperti apa
sangat diperlukan.
Sebagai
contoh gampangnya, kalau misalnya saja seseorang memiliki pandangan hidup bahwa
hidup cuma sekali, maka orang itu bisa saja akan memanfaatkan kehidupan
yang dimiliki hanya untuk menikmati kehidupan yang dimiliki sekarang ini. Di
dalam kehidupan orang tersebut yang ada hanya kesenangan dan kenikmatan hidup
sesaat, karena dia hanya berusaha untuk menikmati segala kehidupan yang telah
dimiliki.
Akan
sangat berbeda dengan orang yang memiliki pandangan
hidup tentang berbagai kesempatan yang dimiliki, bisa saja dia akan
memanfaatkan kesempatan yang dia miliki itu untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Memang ini yang kita harapkan dalam kehidupan kita, tapi sebenarnya
tidak banyak orang yang punya pandangan hidup semacam ini.
Masa
depan kita sendiri sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup kita saat ini, jadi
berhati-hati dalam memilih pandangan hidup adalah yang sebaiknya kita lakukan.
Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, kalau apa yang menurut kita baik tapi
belum tentu akan baik menurut pandangan orang lain.
Oleh
karenanya sebaiknya untuk bisa memiliki pandangan tentan kehidupan yang
berkualitas, lingkungan kita bersosialisasi harus
benar-benar memang sesuai dengan kualitas pandangan hidup kita. Gampangannya,
jika kita memiliki suatu pandangan hidup tertentu maka lingkungan sosial
terbaik kita adalah yang memiliki pandangan hidup semacam itu.
Tapi
sebelumnya perlu diingat juga, di sana saya menggaris bawahi untuk kata
semacam, jadi pandangan hidup lingkungan sosial kita itu merupakan bagian
dari pandangan hidup kita agar bisa saling melengkapi.
Seperti
contohnya tadi, pandangan tentang kehidupan yang akan memanfaatkan semua
kesempatan yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup, maka lingkungan
sosial yang terbaik untuk kita adalah lingkungan sosial memiliki pandangan
hidup masih ada hubungannya dengan ini. Seperti memanajemen waktu, produktifitas,
peningkatan skill, dll.
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki
tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang
dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa
“Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana
halnya kebenaran pada sistem pemikiran”. Tapi, menurut kebanyakan teori juga,
keadilan belum lagi tercapai: “Kita tidak hidup di dunia yang adil”. Kebanyakan
orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan
sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi,
banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak
jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena
definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas. keadilan intinya adalah
meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya.
Macam-macam keadilan
-Keadilan
Legal atau Keadilan Moral Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan
substansi rohani umum dan masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya.
Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang
menurut sifat dasamya paling cocok baginya (The man behind the gun). Pendapat
Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan legal.
Keadilan timbul karna penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang selaras
kepada bagian-hagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud dalam
masyarakat bilamana setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya secara baik.
-Keadilan Distributif Aristoles
berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice
is done when equals are treated equally). Sebagai contoh, Ali bekerja 10 tahun
dan Budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara
Ali dan Budi. yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata Ali
menerima Rp. 100.000.- maka Budi harus menerima. Rp 50.000. Akan tetapi bila
besar hadiah Ali dan Budi sama justru hal tersebut tidak adil.
-Keadilan Komutatif Keadilan
ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi
Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban
dalam rnasyarakat Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan
ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam
masyarakat.
Keadilan
(adil) adalah memberikan hak setiap yang berhak secara lengkap tanpa lebih
tanpa kurang antara sesama yang berhak, dalam keadaan yang sama dan penghukuman
orang jahat atau yang melanggar hukum sesuai dengan kesalahan dan
pelanggarannya. Dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa adil atau
keadilan adalah pengakuan perlakuan seimbang antara hak dan kewajiban. Apabila
ada pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban, dengan
sendirinya apabila kita mengakui “ hak hidup ”, maka sebaliknya kita harus
mempertahankan hak hidup tersebut dengan jalan bekerja keras, dan kerja keras
yang kita lakukan tidak pula menimbulkan kerugian terhadap orang lain, sebab
orang lain itu juga memiliki hak yang sama (hak untuk hidup) sebagaimana halnya
hak yang ada pada kita. Berbicara hakikat keadilan bahwa yang mampu berlaku
adil hanyalah Tuhan Yang Maha Esa, salah satu contoh keadilan Tuhan terhadap
makhluknya adalah memberikan kelebihan dan kekurangan kepada masing-masing
orang.pun terkait dengan keadilan menurut versi manusia tentunya dari salah
satu diantara dua orang atau dua pihak akan merasa dirugikan. karena berbicara
mengenai kepuasan manusia tidak akan merasa puas terhadap sesuatu yang
diterimanya.
Keadilan (adil)
disini berarti keadaan yang seimbang. Apabila kita melihat suatu sistem atau
himpunan yang memiliki beragam bagian yang dibuat untuk tujuan tertentu, maka
mesti ada sejumlah syarat, entah ukuran yang tepat pada setiap bagian dan pola
kaitan antarbagian tersebut. Dengan terhimpunnya semua syarat itu, himpunan ini
bisa bertahan, memberikan pengaruh yang diharapkan darinya, dan memenuhi tugas
yang telah diletakkan untuknya.
Misalnya,
setiap masyarakat yang ingin bertahan dan mapan harus berada dalam keadaan
seimbang, taitu segala sesuatu yang ada di dalamnya harus muncul dalam proporsi
yang semestinya, bukan dalam proporsi yang setara. Setiap masyarakat yang
seimbang membutuhkan bermacam-macam aktifitas. Di antaranya adalah aktifitas
ekonomi, politik, pendidikan, hukum, dan kebudayaan. Semua aktifitas itu harus
didistribusikan di antara anggota masyarakat dan setiap anggota harus
dimanfaatkan untuk suatu aktifitas secara proporsional.
Keseimbangan
sosial mengharuskan kita untuk memerhatikan neraca kebutuhan. Lalu, kita
mengkhususkan untuknya anggaran yang sesuai dan mengeluarkan sumber daya yang
proporsional. Manakal sudah sampai disini, kita menghadapi persoalan
“kemaslahatan”, yakni kemaslahatan masyarakat yang dengannya kelangsungan hidup
“keseluruhan” dapat terpelihara. Hal ini lalu mendorong kita untuk memerhatikan
tujuan-tujuan umum yang mesti dicapai. Dengan perspektif ini, “bagian” hanya
menjadi perantara dan tidak memiliki perhitungan khusus.
Demikian
pula halnya dengan keseimbangan fisik. Mobil, misalnya, dibuat untuk tujuan
tertentu dan untkmkebutuhan-kebutuhan tertentu pula. Karenanya, apabila mobil
itu hendak dibuat sebagau produk yang seimbang, mobil itu harus dirancang dari
berbagai benda mengikuti ukuran yang proporsional dengan kepentingan dan
kebutuhannya. Begitu pula halnya dengan keseimbangan kimiawi. Setiap senyawa
kimiawi memiiki stuktur, pola, dan proporsional tertentu pada setiap unsur
pembentuknya. Apabila hendak meniciptakan senyawa itu, kita mesti menjaga
struktur dan proporsi di atas sehingga tercipta suatu keseimbangan dan
simetris. Kalau tidak, alam tidak dapat tegak dengan baik, tidak pula ada
sistem, perhitungan, dan perjalanan tertentu di dalamnya.